Tuesday, July 12, 2011

Curhatan Temen 'apa arti sebuah cinta bagimu Dee?

Di penghujung   tahun lalu.

Aku begitu gelisah dengan pekerjaan baruku, lingkungan baru, teman-teman baru. Rasanya pada saat bersamaan   banyak sekali hal yang harus aku pelajari yang  membuat isi kepalaku semakin cepat terasa lelah.

Suatu siang, saat jam istirahat.
Tiba-tiba ponselku berbunyi , aku tidak mengenal nomor yang tertera, tapi kucoba menerimanya .   Suara seorang pria yang asing, "Hallo, Ibu Mey,  saya dari Bank, mau menawarkan kartu kredit".
Jawabku "Terima kasih atas penawarannya, tapi saat ini saya tidak membutuhkan tambahan kartu kredit  lagi".
Tanyanya lagi "Kenapa, bu"
Jawabku "Terima kasih ya…"
Terdengar suara tertawa di seberang sana.

"Loh, kok Bapak tertawa, ini siapa ya?"

"Gue, Hadee...., masih ingat kan?"

Serta merta akupun ikut tertawa  dan kami  melanjutkan pembicaraan dengan santai.


Dee….                                                                                                                                                                     
Setelah menerima telpon pertama itu, hatiku begitu senang dan teramat sangat gembira, karena aku menemukan salah satu teman lama yang telah 20 tahun menghilang.  
Hari-hari berikutnya secara rutin kita slalu berkomunikasi, banyak hal yang kitai bicarakan, sering berbagi cerita indah dan lucu. Seiring berjalannya waktu dan kebersamaan kita, aku rasa sudah seharusnya aku berterima kasih padamu karena kau telah membantuku melewati masa-masa  sulitku saat beradaptasi pada lingkungan kerja dan teman-teman baru.
Perhatianmu, candamu, membuat aku  selalu menunggu telpon darimu, bahkan jika kau tidak menelepon, aku yang berinisiatif untukmeneleponmu.  Rasanya aku tidak bisa melanjutkan hidupku, jika tidak mendengar suaramu dalam sehari saja.

Dee….                                                                                                                                                                  
Mungkin engkau tidak menyadari atau bahkan tidak menyangka sama sekali bahwa perlakuanmu beberapa waktu ini telah membuat aku merasa sangat tersanjung. Saat kita berbagi pengalaman tentang kehidupan yang saat ini kita jalani pun di  saat-saat kita mengurai masa lalu yang pernah kita lewati dalam kebersamaan yang penuh dengan suka cita sebagai remaja belia pada umumnya.    

Tahukah engkau dee…                                                                                                                                           
Saat-saat itulah kau menebar bibit bibit cinta pada hatiku  dan akupun menerimanya dengan suka cita sehingga  bibit cinta yang kau semaikan bertumbuh subur dalam sebuah ruang di hatiku.

Dan tahukah engkau bahwa hatiku meluap-luap saat engkau bertanya maukah aku menjadi pacarmu. Disaat ini, di saat usiaku hampir mendekati angka empat puluh tahun,  haruskah aku menerima cintamu? atau mampukah  aku untuk mengabaikan atau bahkan menolaknya? Sungguh-sungguhkah kau mengucapkan hal itu dee?  Dan cinta dalam bentuk apa yang sesungguhnya kau inginkan dariku? Tolonglah engkau bantu aku untuk menjawabnya.
Bahkan, mungkinkah aku bisa menerima cintamu saat ini. Disaat kehidupan dan hatiku telah berbagi dengan orang lain, kaupun tahu dee, bahwa saat ini aku adalah ibu dari dua orang putra dan istri dari seorang laki-laki baik.

Dee…. memikirkan semua ini membuat aku merasa sangat nelangsa. Rasa itu pula yang kurasakan beberapa minggu ini, hingga akupun heran dengan rasa hati yang mendera dalam benakku yang seolah enggan beranjak sedikitpun.                                                                                                                                                                

Ohh dee, kenapa kau mempermainkan perasaanku seperti ini? kesengajaankah? atau kekhilafankah? kau tak pernah mau menjawab saat aku bertanya tentang perasaanmu padaku,  yang kuingat dalam sebuah percakapan kau bilang bahwa dalam hal ini kau tidak boleh memakai perasaan karena rasa yang kau punya telah dimiliki oleh orang lain.

Tahukah engkau bahwa  kata-kata itu seolah bagai sembilu yang dengan sengaja  telah kau torehkan tepat mengenai hatiku.
Engkau hadir disaat kehidupan perkawinanku mulai terasa hambar dan sedikit  membosankan. Kehadiranmu seolah memberi  warna lain dalam keseharianku. Aku bagaikan ranting kering saat kau temukan, dengan perhatian juga cintamu kau pelihara ranting itu sehingga menjadi sebuah pohon dengan daun yang mulai bertumbuhan dan menghijau. Lalu kemanakah cinta ini akan kau bawa?  Dalam wujud apa cinta ini akan kau pertahankan? Masihkah engkau berpendapat bahwa hubungan yang kita jalin ini tidak boleh dengan perasaan, begitukah??  bagimu itu mungkin saja, tapi ternyata tidak sama halnya dengan aku,  karena sesungguhnya di saat ini hatiku berkata bahwa aku sangat mencintaimu. Bahwa rasa cinta yg ada dalam hatiku saat ini begitu dalam hingga menyentuh relung hatiku  dan indahnya sungguh sangat tak terkatakan.

Tahukah engkau dee…                                                                                                                                             
Saat itu, saat rindu begitu mendera di hatiku,  membuat aku pada akhirnya memutuskan untuk menemuimu selepas jam kerja.
Kita makan malam di sebuah warung tenda, obrolan yang hangat, disertai canda dan kedipan matamu, semuanya terasa indah.  Cuaca pun sepertinya begitu cerah, angin malam berhembus dengan ceria, memainkan anak rambutku.

Tetapi…
setelah pertemuan terakhir itu, kenapa engkau begitu berubah? adakah salah yang telah aku lakukan ataukah ucapan yg sekiranya membuat hatimu menjadi terluka?

Dee… Maafkan jika saat itu aku menolak cumbuanmu.
Sejujurnya  aku ingin sekali menikmati belaian dan juga pelukanmu,
hanya saja  nuraniku saat itu berkata, "sanggupkah aku melakukannya? 

Dee…                                                                                                                                                                 
Betapapun salahnya rasa ini, betapapun cinta ini sungguh sangat tidak tepat,  ketahuilah bahwa  aku tidak bisa menghindarinya, seolah nyata dan sangat indah, meletup-letup mempermainkan rasa di hatiku. Lalu mengapakah cinta ini menjadi begitu dalam  bersemayam dalam hatiku? terkadang aku membayangkan, kalau saja pertemuan kita terjadi di saat lalu, di saat kita berdua belum terikat  perkawinan dengan pasangan kita masing-masing. Mungkinkah cerita ini akan menjadi berbeda? Mungkinkah aku akan mendapatkan cinta yg sesungguhnya dari hatimu?  akupun pernah menanyakan hal ini padamu, dan kau menjawab dengan sangat datar.

Dee…                                                                                                                                                                    
betapapun sulitnya hati ini berpaling dari rasa cinta kepadamu. Kenyataannya adalah aku dihadapkan pada satu kehidupan yang nyata,  yaitu pada kehidupan yang sesungguhnya bahwa saat ini aku adalah seorang ibu dan seorang istri yang memiliki tanggung jawab untuk keluarga kecilku.
Namun, selain mencoba untuk menghilangkan rasa cinta ini adakah pilihan yg lebih baik lagi untukku? yang akan membuat aku merasa bahagia walaupun kutahu sangat mustahil bagiku untuk dapat memilikimu.                                                                                                                                                            

Dee… adakah sedikit rasa cinta yg bisa kau bagi untukku? sebagai penawar rasa sakit yg pernah kau torehkan pada hati ini?
Namun Dee…
betapapun sakitnya hati ini untuk menjauh darimu, sepertinya hal inilah yang terbaik yang harus aku lakukan. Naluriku sebagai seorang ibulah yang pada akhirnya  membuatku tersadar bahwa aku tidak ingin menyakiti hati anak-anakku dan suamiku demi rasa cinta ini. Juga  naluriku sebagai seorang ibulah yang membuat aku mengalah demi menyelamatkan keluarga kecilku.
Cinta yang sempat hadir sesaat dalam hati ini akan  aku simpan di dalam sudut ruang kecil hatiku yang paling dalam,  kukunci dengan segenap perasaan cinta dan rasa bersalah yang berbaur menjadi satu.Dan sejujurnya,  aku buang kunci itu dengan penuh linangan air mata…………… 
----the  END—

1st Cerpen yg aku tulis.. cerpen atau apa gitu yah? gak tau deh... terbawa perasaan dan pengen aja nulis kejadian tersebut. Ide cerita dari seorang sahabat yang katanya tengah mengalami ‘puber kedua’ ?? adakah itu benar adanya?? entah ya…

1 comment: